PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan rekor tertinggi dengan meraih laba bersih sebesar Rp 343,5 miliar pada 2009, naik 47,8 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp 232,4 miliar.
Direktur Utama BEI Ito Warsito dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Kamis (3/6/2010), mengatakan, BEI terus membangun fondasi pengembangan pasar modal dengan fokus pada peningkatan infrastruktur sistem dan teknologi, kapitalisasi pasar, dan peningkatan likuiditas pasar.
"BEI juga harus mengembangkan kemampuan para anggota bursa untuk bersama-sama mencapai target-target jangka menengah," katanya, dengan menambahkan, peningkatan likuiditas pasar diusahakan dengan peningkatan peran investor domestik.
Ia menambahkan, BEI juga terus berusaha meningkatkan pembinaan terhadap para anggota bursa untuk meningkatkan standar operasi dan pelayanan terhadap nasabah sehingga investor akan semakin nyaman serta aman berinvestasi di pasar modal.
"BEI memberikan dukungan infrastruktur berkelanjutan untuk anggota bursa senilai Rp 55,1 miliar per tahun, selain dukungan peningkatan server untuk peningkatan manajemen risiko anggota bursa senilai Rp 8,78 miliar," ujarnya.
Ia mengatakan, BEI menekankan sisi pembinaan dan menempatkan diri sebagai mitra anggota bursa, tetapi BEI juga tidak segan-segan bertindak tegas memberikan sanksi terhadap anggota bursa yang mencederai kepercayaan pasar dan investor. "Tahun 2009 kami mensuspensi PT Optima Kharya Capital Securities karena indikasi penggunaan efek milik nasabahnya," ujarnya.
Sementara pendapatan usaha BEI dari perdagangan saham menurun karena menurunnya nilai rata-rata perdagangan harian dari Rp 4,44 triliun pada 2008 menjadi Rp 4,05 triliun pada 2009 atau turun 8,78 persen. "Penurunan tersebut adalah dampak lanjutan krisis ekonomi dunia yang mencapai puncaknya pada triwulan akhir 2008," kata Ito.
RUPST BEI 2010 ini dihadiri 113 pemegang saham atau 97,41 persen dari jumlah pemegang saham yang memiliki hak suara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar