Cari Blog Ini

Selasa, 30 Maret 2010

Sempurnakan Agama Dengan Menikah

Dalam suatu diskusi kehidupan, dalam satu fase ikatan rumah tangga, sering terjadi permasalahan, perselisihan, dan perbedaan pendapat yang menjadi persepsi "tuduhan" akan kurangnya diri kita dalam memahami pribadi pasangan. Misalkan suatu ketika istri kita akan menggerutu, "Aa…. Dah 3 tahun kita menikah, Kok Aa masih belum bisa mahamin adek siih". Hal ini akan menjadi perdebatan tak berujung. Masing-masing akan bersikeras menjadi pribadi yang harus difahami. Sebuah kesalahan fatal yang jika dipertahankan akan membahayakan hubungan ikatan pernikahan. Secara psikologis, jika suami mendapatkan tuduhan tidak mampu memahami istrinya, maka suami akan teriris kekuatan jiwanya untuk mencintai istrinya, mentalnya menjadi jatuh dan timbul rasa bersalah; bahkan merasa dirinya telah gagal membina hubungan pernikahan.

Oleh karenanya, ada baiknya antara suami dan istri perlu menyelaraskan makna "memahami" ini. Sebuah kata kerja yang abstrak indikatornya. Memahami pribadi (menurut pandangan pribadi saya) bukanlah sebuah kompetensi, namun merupakan sebuah proses tanpa henti. Tidak ada istilah Si A telah lulus / kompeten mampu memahami Si B. Apa sebabnya? karena begitu luas dan dalamnya kepribadian, jiwa serta hati seseorang. Ada satu sisi manusia yang disebut nurani, yang tidak akan pernah terpengaruh oleh apapun, kecuali atas kehendak-Nya.Embrio kesadaran atas kefitrahan dan hidayah terletak di nurani. Dan manusia lain tak mampu menjangkaunya. Ketika ada pengakuan bahwa seseorang telah mampu memahami pasangannya, itu hanyalah pada sisi / bidang-bidang tertentu saja, tidak memahami pribadi secara keseluruhan (utuh).

Dengan demikian, teruslah berproses memahami istri / suami kita, karena hal tersebut merupakan proses tanpa henti. Dan pernikahan sering disebut sebagai "adaptasi tanpa henti". Itulah indahnya ketidaksempurnaan pribadi kita dan pasangan kita. Dan harus tetap diingat oleh masing-masing pribadi suami dan istri;
terimalah apa adanya,

"Alangkah indahnya cinta yang dilandasi keikhlasan, karena-Nya, dan dalam bingkai cinta kepada-Nya. Bukan semata untuk di dunia, tapi pengharapan pertemuan di taman surga. Bersama.Selamanya"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar