Salah satu tempat yang gagal kami kunjungi sewaktu tour Rally de Blogger, 17-19 Agustus 2007 adalah toko kopi Aroma yang terletak di Jalan Banceuy, Bandung. Setelah mengunjungi Gedung Merdeka, kami ingin mencium aroma kopi segar. Sayang toko tersebut tutup.
Kisah toko ini pernah dimuat di Kompas, tetapi bagiku cerita yang lebih afdol adalah cerita dari seseorang yang pernah mengunjungi toko ini.
Menurut cerita beliau, pemilik toko ini adalah generasi kedua. Kecintaannya pada kopi diturunkan dari ayahnya yang memang pencinta kopi. Orangnya ramah dan sangat senang menjelaskan jenis kopi dan cara mendapatkan kopi yang baik.
Kesan toko ini merupakan bangunan Belanda yang masih dipertahankan. Begitu pula dengan papan nama toko yang masih berciri khas gaya Belanda, tidak menggunakan papan iklan moderen.
Di bagian belakang toko ini, terdapat gudang penimbunan kopi. Dari yang masih baru sampai dengan 20 tahun. Biji kopi yang ada dalam karung ini tersusun rapi berikut tanda-tanda untuk mengetahui umur kopi tersebut.
Aku sendiri sempat dioleh-olehi kopi jenis arabika. Yang paling kusuka waktu membuka bungkusan itu adalah wangi kopi yang sangat harum dan setiap melewati tempat aku menyimpan, wangi tersebut tetap harum.
Setelahku coba...kopi asli ini kopi tubruk yang harum dan rasa kopinya kental. Aku lebih suka menimumnya dengan hanya memberi gula. Sementara waktu boleh lupakan yang namanya kreamer.
Sebenarnya perutku termasuk yang sensitif terhadap kopi. Biasanya kalau jenis kopinya tidak cocok, perutku langsung bereaksi dan kembung. Tetapi dengan minum kopi arabika keluaran Aroma ini, perutku aman-aman saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar