Direktur Riset Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan penguatan rupiah terhadap dollar AS paling rendah dibanding negara-negara ASEAN dan negara berkembang lainnya. "Apresiasi rupiah relatif kecil," kata Perry, di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, penguatan mata uang saat ini bukan hanya rupiah tetapi juga dialami negara-negara berkembang lainnya.
Pada periode April minggu pertama (hingga 9 April 2010) rupiah terapresiasi 0,48 persen ke posisi Rp 9.035 per dollar AS atau lebih rendah dibanding negara berkembang lainnya.
Perry mencontohkan penguatan mata uang rupee India saja sebesar 1,41 persen dan Korea 0,69 persen.
Sedangkan di negara ASEAN, lanjutnya, seperti Malaysia mata uang ringgit terapresiasi 2,12 persen, peso Filipina sebesar 1,12 persen dan dollar Singapura terapresiasi 0,53 persen.
Perry menjelaskan penguatan mata uang di berbagai negara berkembang ini terkait perkembangan secara global yang memang menunjukkan proses pemulihan ekonomi yang terus membaik.
Ada tiga hal yang mempengaruhi penguatan nilai tukar mata uang negara berkembang yakni meningkatnya data tenaga kerja AS, keputusan bank sentral AS (The Fed) yang mempertahankan suku bunga rendah dan penyelamatan krisis keuangan di Yunani.
Sedangkan dari dalam negeri, kata Perry, penguatan rupiah lebih disebabkan oleh surplus neraca pembayaran, turunnya risiko Indonesia dan faktor hasil imbal balik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar